Jember - nusabarong.online
Koordinator Sumber Daya Air (SDA) wilayah Bangsalsari, Yulianto, menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan personel siaga banjir sejak musim hujan tiba. Untuk melakukan piket di pos pantau utama di bendungan Sungai Bedadung. “Yang menjadi parameter terkait perkembangan ketinggian muka air,” terangnya.
Dia menyatakan, berdasarkan pantauan debit dan ketinggian air, Sungai Bedadung saat ini ada di level siaga. Pada musim hujan tahun ini, kata dia, masih terjadi fluktuasi. Dari debit air minimun dengan limpasan bendung 50 sentimeter dan maksimum 230 sentimeter. Ukuran penilaian untuk menentukan level air berdasarkan ketentuan yang telah ada.
Yulianto menyebut, jika tinggi air sungai 0 sampai 100 sentimeter, maka levelnya hijau, yang berarti normal. Jika ketinggian 100 sampai 200 sentimeter, levelnya kuning yang berarti waspada. Ketinggian 200 sampai 350 sentimeter masuk dalam level merah yang berarti siaga (Sungai Bedadung di level ini). Sementara, jika ketinggian air mencapai 350 sampai 450 sentimeter (ukuran tertinggi), maka persiapan mitigasi dimulai.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa faktor utama yang akhirnya membuat banjir terjadi adalah curah hujan. Intensitas curah hujan yang cenderung tinggi dengan durasi waktu yang lama membuat volume air sungai semakin tinggi hingga akhirnya memenuhi daratan.
Daerah-daerah rawan banjir biasanya mendapatkan imbas yang cukup serius dari terjangan banjir ini. Menurutnya, titik rawan berada di daerah hulu dan hilir sungai. “Yang saya tahu daerah Rambipuji barat Alun-Alun Rambipuji,” tutur pria yang merupakan salah satu pengamat daerah aliran sungai (DAS) di hulu sungai terpanjang di Jember itu.
Dia mengungkapkan, pemkab telah membentuk Unit Reaksi Cepat (URC) dalam melakukan penanganan keluhan masyarakat, mitigasi, dan kebencanaan. Meski begitu, Yulianto berharap tetap terjalin komunikasi dan sinergi, terutama dengan wilayah-wilayah rawan bencana.(ma)
0 Komentar